Menyama Braya Image of Acculturation of Hinduism and Islam in Budakeling Village

Authors

  • I Dewa Gede Yoga Universitas Sebelas Maret
  • Aris Arif Mundayat Universitas Sebelas Maret
  • Yuyun Sunesti Universitas Sebelas Maret

DOI:

https://doi.org/10.69812/ijsps.v1i1.9

Keywords:

Menyama braya, Acculturation, Tolerance

Abstract

Bali is known for its Hinduism nuances, but actually their life is very multicultural. This multicultural condition encourages the importance of mutual respect between religious communities. The aim of this study is that to identify acculturation and tolerance between religious communities in Budakeling Village. This study used a qualitative method with a descriptive approach. The research result shows that the multicultural conditions of Balinese society gave birth to the concept of menyama braya. Furthermore, explicitly, the concept of menyama braya is built from the cultural value system and customs of the Balinese people in order to create a harmonious life. Menyama braya contains multicultural meaning, respecting differences and positioning other people as brothers. In addition, the concept of Menyama braya gives birth to forms of acculturation and tolerance between Hindus and Muslims; such as, adoption of a “Balinese” identity, megibung, ngejot, adoption of Subak traditions, use of language, performing arts and architectural arts.

Downloads

Download data is not yet available.

References

Adhi, M. K., Seniwati, N. P., & Ardana, I. K. (2019). Menyama Braya : Representasi Kearifan Lokal Bali Dalam Pemertahanan Persatuan Bangsa. Suluh Pendidikan, 17(2), 115–128.

Arimbawa, I. K. S. (2023). Membangun Gerakan Moderasi Beragama Melalui Seni Pertunjukan. 14(2), 165–175.

Atmadja, Nengah Bawa et al. (2017). Bali Pulau Banten Perspektif Sosiologi Komodifikasi Agama (pertama). Denpasar: Pustaka Larasan.

Atmadja, Nengah Bawa. (2010). Ajeg Bali (Gerakan, Identitas Kultural, dan Globalisasi). Yogyakarta: LKIS.

Atmadja, Nengah Bawa. (2010). Genealogi Keruntuhan Majapahit (Islamisasi, Toleransi, dan Pemertahan Agama Hindu di Bali. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Bandana, I. G. W. S. (2015). Sistem Nama Orang Bali: Kajian Struktur dan Makna. Aksara, 27(1), 1–11.

Hanip, S. P. N., Yuslih, M., & Diniaty, L. (2020). Tradisi Ngejot: Positive Relationship Antar Umat Beragama. Potret Pemikiran, 24(2), 71.

Maharlika, F. (2018). Studi Multikultural Pada Ornamen Bali Pepatraan: Patra Cina. Serat Rupa Journal of Design, 2(1), 67.

Masdarini, L., & Marsiti, C. I. R. (2021). Identifikasi Pola Makan Tradisi Megibung Di Desa Sibetan Kecamatan Bebandem Kabupaten Karangasem. Jurnal Kuliner, 1(1), 49–60.

Mashad, Dhurorudin. (2014). Muslim Bali (Mencari Harmoni yang Hilang). Jakarta: Pustaka Al-Kaustar.

Nazir, Moh. (2014). Metode Penelitan. Bogor: Ghalia Indonesia.

Pageh, I. M. et al. (2013). Model Integrasi Masyarakat Multietnik Nyama Bali-Nyama Selam (Belajar dari Enclaves Muslim di Bali). Denpasar: Pustaka Larasan.

Parekh, Bikhu. (2008). Rethinking Multiculturalism (Keberagaman Budaya dan Teori Politik). Yogyakarta: Penerbit PT Kanisius.

Putra, I. N. M. (2021). Spirit Manusa Yajña dan Menyama braya Sebagai Etika Sosial Masyarakat Hindu Bali. Purwadita : Jurnal Agama Dan Budaya, 5(1), 1–8.

Rafi’i. A.A, et al. (2022). Tradisi Megibung Pada Budaya Hindu dan Muslim di Desa Tumbu, Kecamatan Karangasem, Kabupaten Karangasem. Jurnal Kuliner, 2(1).

Siyoto, Sandu dan Sodik, A. M. (2015). Dasar Metode Penelitian (Ayup (ed.); Pertama). Yogyakarta: Literasi Media Publishing.

Suryawan, N., Wiryawan, I. W., Gata, I. W., & Kandia, I. W. (2023). Subak Bentuk Kearifan Lokal Bali Berbasis Tri Hita Karana dan Tantangannya pada Era Globalisasi. Sphatika: Jurnal Teologi, 14(1), 61–73.

Temaja, I.G.B.W.B. (2017). Sistem Penamaan Orang Bali. Jurnal Humanika, 24(2).

Warsito, H.R. (2012). Antropologi Budaya. Yogyakarta:Penerbit Ombak.

Wiana, I.K. (2004). Mengapa Bali Disebut Bali. Surabaya: Paramita.

Yantos dan Putriana. (2020). Kearifan Lokal Dalam Membangun Kerukunan Islam dan Hindu di Desa Adat Kuta Badung. Jurnal Dakwah Risalah, 31(2).

Downloads

Published

2024-03-31